Rabu, 02 September 2009

Dinar (Koin Emas) 'perlu' hadir, di Taiwan


Taiwan atau dikenal dengan sebutan negeri formosa, merupakan salah satu daerah tujuan utama bagi puluhan ribu bahkan seratusan ribu Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dalam beberapa tahun terakhir ini. Data terbaru menurut senior asisten TKI di Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia – KDEI Taipei, mengatakan bahwa jumlah TKI per Juni 2009 sekitar 134 ribu jiwa. Mayoritas atau sekitar 86,3% merupakan wanita, Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang umumnya bekerja di sector non-formal, seperti; Pembantu Rumah Tangga (PRT), perawat orang sakit, tenaga restaurant, dsb. Sisanya, mayoritas pria bekerja sebagai buruh pabrik, buruh bangunan dan konstruksi.

Banyak sekali permasalahan yang dihadapi TKI di Taiwan, mulai dari masalah selama proses pemberangkatan (biaya penempatan kerja yang sangat tinggi, dll), masalah selama kontrak kerja (kerja tidak sesuai kontrak, gaji tidak sesuai, tidak ada lembur, lembur tidak digaji, dll), bahkan sampai pada masalah pasca kontrak kerja, seperti perlakuan kurang manusiawi yang dialami “pahlawan devisa” ini di saat kepulangan, baik sesampai di bandara, pun dalam perjalanan menuju kampung halaman di tanah air.

Niat baik TKI bekerja di Taiwan untuk dapat memperbaiki perekonomian keluarga haruslah menjadi perhatian kita semua, terutama pemerintah dengan instansi terkaitnya, maupun masyarakat yang peduli akan nasib pahlawan devisa ini. Sejauh ini belum banyak TKI di Taiwan yang terbilang sukses dalam merencanakan masa depannya, setelah kontrak kerja berakhir. Masih banyak yang kembali ke tanah air tanpa membawa tabungan yang cukup berarti untuk berwirausaha kecil-kecilan saja misalnya, disamping memang ilmu dan keberanian berwirausaha yang masih kurang, sehingga banyak yang nekat kembali lagi bekerja di Taiwan untuk kontrak kerja berikutnya.

Kebiasaan baik TKI di Taiwan selama ini salah satunya dengan rutin mengirimkan sebagian gaji mereka ke keluarga di kampung halaman melalui jasa-jasa pengiriman uang yang banyak tersedia di seantero Taiwan. Ada juga yang menabung sendiri, walaupun kesadaran menabung ini masih cukup rendah, salah satu penyebabnya boleh jadi karena TKI belum familiar dengan bank-bank di Taiwan ini, selain itu umumnya suku bunga bank di Taiwan cukup rendah (namun tidak ada biaya administrasi), dibandingkan dengan suku bunga bank-bank di Indonesia.

Untuk menyediakan alternatif terbaik bagi TKI dalam menabung (merencanakan masa depan berbasis dinar), maka kami GERAI DINAR TAIWAN hadir di Taipei, ibukota Taiwan yang juga terkenal dengan gedung tertingginya di dunia, Taipei 101, di kota inilah mayoritas TKI/TKW bekerja sebagai PRT.

Semoga komunitas dinar di Taiwan dapat tumbuh dan berkembang sehingga menjadi "Pilihan terbaik, khususnya bagi TKI di Taiwan dalam perencanaan masa depan berbasis dinar".