Selasa, 01 Desember 2009

Sanering Uang Kertas, Lho Kok Masih Ada...?


Written by Muhaimin Iqbal
Wednesday, 02 December 2009 08:20

Waktu saya balita, ada dua peristiwa menggegerkan yang terkait satu sama lain yaitu Gestapu 1965 dibidang politik dan sanering Rupiah. Untuk urusan politik, biarlah situs-situs politik yang mengulasnya. Saya hanya tertarik mengulas yang terkait dengan sektor finansial.

Waktu itu uang kertas Indonesia-Rupiah lagi mengalami nasib yang tragis setelah dalam periode lima tahun antara tahun 1960 -1965 mencapai 650 % dan indeks biaya mencapai angka 438. Index harga beras mencapai 824, tekstil 717, dan harga Rupiah anjlok tinggal 1/75 (seper tujuh puluh lima) dari angka Rp 160/US$ menjadi Rp 120,000 /US$.

Karena Rupiah yang sudah tidak tertolong lagi ini, pemerintah waktu itu terpaksa mengeluarkan kebijakan yang disebut Sanering Rupiah yaitu memotong tiga angka nol terakhir dari Rupiah lama menjadi Rupiah baru. Kebijakan ini dituangkan dalam Penetapan Presiden atau Penpres No 27/1965 yang menjadikan Rp 1,000 (uang lama) = Rp 1,- (uang baru).

Isu Sanering Rupiah juga sempat mencuat dipuncak krisis politik bebarengan dengan krisis moneter Indonesia 32 tahun kemudian yaitu antara tahun 1997-1998. Meskipun akhirnya Sanering Rupiah tidak dilakukan, seandainya hal itu dilakukan pada tahun tersebut – ini juga bukan hal yang mengejutkan – karena tiga angka nol yang pernah dihilangkan pada tahun 1965 – ternyata balik kembali dalam waktu hanya 32 tahun tersebut.

Masih kuat diingatan kita ketika kita kecil membawa uang Rp 1,- cukup untuk bekal sekolah, saat ini anak kecil mana yang cukup berbekal Rp 1,000 untuk ke sekolah ?. Sanering Rupiah memang bukanlah kebijakan yang populer untuk menjaga nilai Rupiah, disisi lain membiarkan Rupiah pada angka ribuan atau bahkan puluhan ribu seperti sekarang juga bukan hal yang praktis sebenarnya. Bisa dibayangkan betapa seluruh sistem komputer keuangan Dunia harus mengakomodasi empat digit tambahan karena ada mata uang yang memerlukan empat digit memory lebih banyak dibandingkan dengan mata uang lain di dunia.

Bila sanering tidak ada dalam kamus moneter kita dewasa ini, tidak demikian halnya dengan Korea Utara. Negeri yang diisolir oleh negara-negara lain gara-gara bermain-main dengan nuklir tersebut, awal pekan ini men-sanering uang Won-nya dengan menghapus dua digit dalam uang Won – Korea Utara. Uang 100 Won menjadi 1 Won; 1,000 Won menjadi 10 Won dst.

Yang lebih mengerikan adalah tidak semua uang Won lama bisa ditukar dengan Won baru; Per orang hanya boleh menukarkan maksimum 100,000 Won. Bagi rakyat yang memiliki uang lebih dari 100,000 Won ; maka kelebihan uang diatas 100,000 menjadi kertas sampah – yang tidak bisa ditukar lagi menjadi uang. Inilah perampasan kekayaan rakyat secara besar-besaran yang dilakukan oleh rejim pemerintah komunis negeri itu. Memang akhirnya batasan tersebut dinaikkan menjadi 150,000 Won untuk tunai dan 300,000 Won untuk rekening di bank; tetap saja perampasan besar-besaran terjadi melalui mekanisme ’penghilangan’ nilai uang kertas ini.

Memang ini terjadi di Korea Utara, negeri yang kacau balau dalam segala hal. Tetapi sesungguhnya sistem uang kertas mereka tidak jauh berbeda dengan sistem uang kertas lain yang dipakai di seluruh dunia saat ini. Nilai tukar Won sebenarnya juga tidak buruk-buruk amat, nilai resminya sebelum sanering adalah 1 US$ sekitar 135 Won – hanya nilai realistisnya kira-kira seperduapuluh dari nilai resminya – karena di pasar gelap orang menukar 2,000 Won s/d 3,000 Won untuk memperoleh 1 Dollar.

Katakanlah nilai realistik tersebut yang valid 2,000 Won s/d 3,000 Won per US$ ; ini masih tiga sampai empat kali lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan uang negeri lain yang kadang perlu angka 10,000 untuk mendapatkan 1 Dollar-nya.

Dengan membuat perbandingan ini, tentu saya tidak berharap sama sekali akan adanya sanering di negeri ini seperti yang terjadi di tahun 1965 tersebut diatas – karena kalau hal ini terjadi – pastilah chaos yang akan timbul.

Yang perlu kita sadari dan dilakukan oleh masing-masing kita adalah mempertahankan – syukur-syukur bisa meningkatkan daya beli – bukan mempertahankan atau meningkatkan angka-angka. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk ini, seperti mempertahankan asset terbesar Anda dalam bentuk stok atau komoditi– bila Anda pandai berdagang; menanam pohon, pelihara kambing dan sejenisnya bila Anda petani/peternak dst. Hanya bila Anda belum ketemu sektor riil yang pas yang bisa Anda tekuni dengan baik, mempertahankan dalam bentuk Dinar/emas adalah salah satu pilihannya yang mudah. Wa Allahu A’lam.

Minggu, 08 November 2009

Mari kembali ke emas dan perak sebagai uang yang sesungguhnya

Bersiap Menghadapi Phenomena Wealth Transfer …
Written by Muhaimin Iqbal
Monday, 09 November 2009 08:23

Tulisan saya kali ini saya ambilkan dari isi buku berjudaul “Guide to Investing in Gold and Silver” karya Michael Maloney yang diterbitkan oleh Business Plus – Hachette Book Group (2008). Buku yang seharusnya sudah bisa kita beli di Indonesia tahun lalu ini, ndak tahu kenapa baru bisa kita jumpai di toko buku asing kenamaan Jakarta sekarang – mungkin karena penerbitnya yang tidak terlalu terkenal sehingga distribusi globalnya lelet.

Penulisnya sendiri adalah tokoh penting dalam dunia emas, perak dan berbagai bisnis metal lainnya. Dia bahkan juga penasihat investasi yang mendorong orang sekaliber Robert Kiyosaki mengalihkan sebagian besar investasinya ke perak. Robert Kiyosaki bahkan memberi pengantar pada buku ini dengan menyebut penulis sebagai orang yang pandai merangkai titik-titik menjadi informasi yang bermakna – sementara orang lain mungkin hanya dapat melihat sebagi titik-titik yang tidak bermakna.

Banyak sekali isi dari buku ini yang mirip dengan buku saya “Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham” (Spriritual Learning Center, 2007); khususnya yang menyangkut pandangan tentang uang dan mengapa uang hanya bisa diperankan secara sempurna oleh emas dan perak. Bahkan di awal tulisannya Michael berusaha meluruskan salah kaprah dalam pemahaman tentang Currency dan Money di masyarakat.

Menurutnya apa yang disebut ‘uang’ oleh masyarakat sekarang sebenarnya hanyalah Currency – yaitu alat tukar yang hanya berlaku sesaat. Currency tidak memiliki kemampuan untuk menyimpan nilai (store of value) yaitu prasyarat untuk dapat disebut sebagai uang (Money).

Sebaliknya uang yang sesungguhnya atau Money, selain dia dapat digunakan sebagai alat tukar (medium of exchange) ; dia juga berperan sebagai penyimpan nilai (store of value). Jadi Money pasti juga berupa Currency, sedangkan Currency belum tentu berupa Money.

Menurut Michael, hanya emas dan perak-lah yang dapat berperan sebagai Money sejak dahulu sekarang dan masa yang akan datang. Nampaknya pendapat ini Fitrah, karena pendapat serupa sudah dinyatakan oleh Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin sekitar 900 tahun lalu. Kalau Imam Ghazali mendasarkan pendapatnya ini pada pemahaman yang sangat dalam tentang syariah emas dan perak; Michael Maloney mendasarkan pendapatnya pada alasan-alasan ekonomi.

Menurut Michael , berikut adalah alasannya mengapa hanya emas dan perak-lah uang yang sesungguhnya (money) itu :

1. Selama lebih dari 5,000 tahun, hanya emas dan perak yang terbukti sebagai asset yang tidak pernah gagal. Ini karena emas dan perak adalah tangible assets yang secara inherent membawa nilai-nya sendiri.

2. Emas dan perak adalah asset yang bisa sepenuhnya private dan tidak merupakan bagian dari system financial – dia tidak akan terganggu oleh kegagalam system financial manapun.

3. Emas dan perak adalah asset yang tidak merupakan liability pihak lain. Sebaliknya uang kertas, saham, obligasi dlsb. adalah asset yang merupakan liability pihak lain. Uang kertas adalah liability dari negara yang mengeluarkannya, demikian pula saham dan obligasi adalah liability bagi yang mengeluarkannya. Apa jadinya bila yang memiliki liability tersebut gagal memenuhi kewajibannya ?, maka uang kertas, saham, obligasi dlsb. menjadi tidak ada nilainya.

4. Emas dan Perak dapat sepenuhnya dimiliki secara pribadi.

5. Emas dan Perak berfungsi sebagai safe-haven atau jaring pengaman investasi dikala terjadi gejolak ekonomi.

6. Emas dan Perak terbukti aman dikala inflasi tinggi maupun deflasi.

7. Emas dan perak memiliki value density yang tinggi, mudah disimpan dan mudah bergerak dengan nilai yang tinggi.

8. Nilai jual dan beli yang umumnya memiliki spread yang rendah – pemiliknya tidak kehilangan nilai yang berarti ketika melakukan jual beli; beda dengan real estate misalnya yang ongkos transaksinya bisa sangat tinggi oleh berbagai sebab seperti notaris, pajak, legal audit dslb.

9. Karakteristiknya jelas , emas 24 karat yang satu sama nilainya dengan emas 24 karat lainnya meskipun bentuknya berbeda-beda.

10. Emas dan perak secara fisik – adalah uang dengan sendirinya – tanpa perlu pengakuan oleh pihak manapun bahwa dia uang.

Dengan sepuluh alasan tersebut, penulis buku diatas sekarang sibuk meng-edukasi masyarakat dunia akan suatu phenomena besar yang sedang dan akan terus terjadi yang dia sebut sebagai Wealth Transfer atau perpindahan kemakmuran.

Karena hampir seluruh mayoritas masyarakat dunia baik bersifat individu, korporasi maupun negara menyimpan ‘kemakmurannya’ dalam bentuk asset berupa currency, stock, bond dan sejenisnya – yang sejatinya tidak dapat berperan sebagai penyimpan nilai atau store of value; maka asset dari masyrakat dunia tersebut akan dengan mudah menurun atau bahkan hilang sama sekali nilainya.

Lantas kemana nilai-nilai asset tersebut berkurang atau menghilang ?, ke benda lain yang yang bisa menyimpan nilai dengan sempurna tentu saja. Yang paling mudah salah dua-nya ya emas dan perak itu tadi. Ketika uang kertas nilainya turun, pastilah emas dan perak nilainya melonjak. Pada saat itu, dengan emas dan perak yang sedikit saja – Anda akan dapat menguasai berbagai asset lainnya. Disitulah letak Wealth Transfer yang dikatakan oleh Michael Maloney ini.

Phenomena Wealth Transfer ini bisa terjadi secara sangat cepat seperti yang sungguh nyata terjadi di Indonesia tahun 1998, atau secara gradual yang terjadi di seluruh belahan dunia dalam dekade terakhir dan insyaallah masih akan terus terjadi.

Untungnya dengan phenomena ini adalah pilihan sebenarnya ada pada diri kita; kita bisa mempersiapkan diri ketika proses Wealth Transfer ini terjadi – kemakmuran meninggalkan kita atau kemakmuran yang menuju ke kita – kuncinya adalah emas dan perak ada pada siapa saat phenomena tersebut terjadi. Wa Allahu A’lam.

Sumber: www.geraidinar.com

Selasa, 03 November 2009

Segeralah kembali ke emas (DINAR)

Harga Minyak Melonjak Akibat Dorongan Kenaikan Emas
New York, (tvOne)
Harga minyak melonjak pada Selasa waktu setempat, karena komoditas mendapat dorongan dari emas, yang mencapai tertinggi sepanjang masa di atas 1.000 dolar per ons karena pasar mengkhawatirkan prospek pemulihan global dari resesi.Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman Desember, naik 1,47 dolar menjadi ditutup pada 79,60 dolar per barel.Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Desember naik 1,56 dolar menjadi menetap di 78,11 dolar."Minyak turun pada pagi ini dan tiba-tiba emas seperti roket, dan kemudian diikuti minyak juga," kata Ellis Eckland, seorang analis independen."Minyak mengikuti jejak emas sebagai aset yang keras," jelasnya."Mungkin ada bank sentral menyediakan likuiditas ke pasar" yang menguntungkan komoditas, analis memberikan kesan, mencatat bahwa komoditas "bentuk-bentuk alternatif dari mata uang, terutama emas."Ketakutan inflasi memicu likuiditas besar dipompa ke sektor keuangan oleh bank sentral akhir-akhir ini telah mendorong investor melindungi nilai aset mereka pada komoditas.Harga emas melambung ke rekor tertinggi baru pada Selasa, menembus 1.080 dolar per ons, sehari setelah Dana Moneter Internasional mengumumkan menjual 200 ton emas kepada India sebesar 6,7 miliar dolar."Emas dan minyak telah bergerak ke arah yang sama baru-baru ini," kata Adam Sieminski di Deutsche Bank."Fundamental ekonomi yang biasanya mendasarinya, seperti pasokan atau permintaan, telah sedikit lebih baik tapi mungkin tidak cukup untuk menjelaskan sehari-hari yang telah bervariasi lebih didorong oleh faktor-faktor teknis," ia mengatakan.Harga minyak naik lebih dari satu dolar per barel Senin, didukung oleh lebih lemahnya dolar dan dan data positifekonomi AS dan China yang memicu harapan permintaan kuat di dua pengguna energi terbesar tersebut.Pasar juga mencerna berita bahwa Irak menandatangani kesepakatan dengan Inggris pada Selasa, raksasa energi BP dan CNPC China untuk hampir tiga kali lipat produksi minyak di raksasa ladang minyak selatan."Kedua perusahaan akan menginvestasikan 50 miliar dolar AS dalam proyek," kata Menteri Perminyakan Irak Hussein al-Shahristani kepada wartawan.Kontrak 20-tahun diperkirakan akan meningkatkan produksi di lapangan Rumaila dari saat ini satu juta barel per hari menjadi sekitar 2,8 juta bph dalam enam tahun pertama, kata menteri.

Sumber: http://www.tvone.co.id

Jumat, 30 Oktober 2009

Kembali ke Dinar dan Dirham

Renungan :
Khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah berkata: “Apabila emas seberat gunung diamanahkan kepadaku, aku tidak akan tidur selagi ia tidak habis dimanfaatkan untuk umat Islam.”

Mari kembali ke Emas sebagai neraca yang adil.

Senin, 26 Oktober 2009

Dinar Untuk Perencanaan Haji : Lebih Murah, Lebih Nyaman…

Para Klien GeraiDinar Taiwan dan pembaca sekalian, tulisan berikut sepertinya menarik untuk para TKI (tentunya juga kita semua), yang sudah mulai berencana untuk naik haji dalam beberapa tahun ke depan, selamat membaca (GD Taiwan).

Dinar Untuk Perencanaan Haji : Lebih Murah, Lebih Nyaman…
oleh Muhaimin Iqbal (owner GeraiDinar)

Ibadah haji dari waktu ke waktu punya tantangannya sendiri, tidak mudah, berat dan mahal.
Bila pada zaman kakek nenek dahulu tantangannya adalah transport yang bisa memakan waktu berbulan-bulan dan ketidak amanan dalam perjalanannya; saat ini transport banyak dan cepat – namun Anda belum tentu bisa melaksanakan ibadah haji pada waktu yang Anda rencanakan.
Kemudahan dan kecepatan transportasi haji ini ternyata menimbulkan masalah baru, yaitu membludaknya umat muslimin dunia yang (ingin) melaksanakan haji setiap tahunnya. Dampaknya bisa diduga, yaitu keterbatasan daya tampung jamaah haji di Mekah, Arafah, Mina dan juga Madinah.
Karena keterbatasan daya tampung inilah yang menjadikan setiap Negara di jatah (Quota) jumlah orang yang bisa pergi haji setiap tahunnya. Jadi kalu toh Anda berniat pergi haji sekarang, belum tentu Anda memperoleh kesempatan pada bulan haji yang akan datang - bisa jadi kesempatan Anda baru datang 3 – 5 tahun yang akan datang.
Karena kesempatan haji Anda yang mungkin masih beberapa tahun yang Akan datang ini, maka berapa dana yang akan Anda siapkan agar pada waktu kesempatan itu datang – dana Anda benar-benar cukup ? Inilah masalahnya.
Komponen biaya haji yang utama adalah mata uang asing yaitu US$ untuk tiket pesawatnya dan Saudi Riyal untuk biaya hidup selama di sana. Karena uang kita Rupiah, maka perencanaan ibadah haji menggunakan uang Rupiah mempunyai setidaknya dua ketidak pastian – yaitu faktor inflasi dan faktor nilai tukar.
Karena dua faktor inilah maka biaya ibadah haji kita dalam Rupiah memiliki kecenderungan meningkat dari tahun ketahun. Apalagi pada tahun dimana Rupiah mengalamai penurunan nilai yang tajam terhadap US Dollar dan Riyal seperti tahun ini, kenaikan biaya haji dalam Rupiah bisa sangat significant.
Namun Anda tidak perlu kawatir sekarang; berdasarkan statistik 10 tahun terakhir, biaya haji dalam Dinar ternyata terus menerus mengalami penurunan. Bila ONH biasa tahun 2000 sekitar 70 Dinar, maka tahun ini hanya sekitar 21 Dinar saja atau mengalami penurunan rata-rata 12% per tahun.
Apabila trend ini terus berlanjut, Anda bisa pergi haji hanya dengan 10 Dinar saja pada tahun 2015 – atau ONH plus hanya dengan sekitar 20 Dinar saja.
Jadi dengan Dinar - mata uang emas yang daya belinya tidak pernah rusak oleh inflasi maupun faktor nilai tukar, perencanaan haji Anda menjadi jauh lebih aman.
Ambil contoh misalnya kalau Anda mau mulai serius merencakan haji Anda dalam rentang 5 tahun yang akan datang, maka relatif aman bila untuk ONH biasa Anda cadangkan 20 Dinar saja. Artinya kalau Anda tabung 1 Dinar per bulan saja, insyaallah nggak sampai 2 tahun dana untuk membayar ONH sudah akan cukup.
Sangat bisa jadi 20 Dinar yang Anda kumpulkan tersebut pada waktunya lebih dari cukup untuk membayar ONH biasa – bila kesempatan datang 3 – 6 tahun yang akan datang. Dalam hal ini Anda bisa meng-upgrade ONH Anda menjadi ONH plus.
Jadi bila Anda rencanakan ibadah haji Anda dengan Dinar; selain kecukupan dana lebih terjamin, juga sangat berpeluang Anda dapat meng-upgrade perjalanan haji Anda dengan yang lebih nyaman ONH plus.

Insyaallah kami daeri GeraiDinar.Com akan mulai bicara intensif dengan para penyelenggara perjalanan haji ini – khususnya ONH plus, untuk mulai menawarkan kerjasama perencanaan haji dengan berbasis Dinar.
Mudah-mudahan Allah memudahkan rencana ini.




Rabu, 02 September 2009

Dinar (Koin Emas) 'perlu' hadir, di Taiwan


Taiwan atau dikenal dengan sebutan negeri formosa, merupakan salah satu daerah tujuan utama bagi puluhan ribu bahkan seratusan ribu Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dalam beberapa tahun terakhir ini. Data terbaru menurut senior asisten TKI di Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia – KDEI Taipei, mengatakan bahwa jumlah TKI per Juni 2009 sekitar 134 ribu jiwa. Mayoritas atau sekitar 86,3% merupakan wanita, Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang umumnya bekerja di sector non-formal, seperti; Pembantu Rumah Tangga (PRT), perawat orang sakit, tenaga restaurant, dsb. Sisanya, mayoritas pria bekerja sebagai buruh pabrik, buruh bangunan dan konstruksi.

Banyak sekali permasalahan yang dihadapi TKI di Taiwan, mulai dari masalah selama proses pemberangkatan (biaya penempatan kerja yang sangat tinggi, dll), masalah selama kontrak kerja (kerja tidak sesuai kontrak, gaji tidak sesuai, tidak ada lembur, lembur tidak digaji, dll), bahkan sampai pada masalah pasca kontrak kerja, seperti perlakuan kurang manusiawi yang dialami “pahlawan devisa” ini di saat kepulangan, baik sesampai di bandara, pun dalam perjalanan menuju kampung halaman di tanah air.

Niat baik TKI bekerja di Taiwan untuk dapat memperbaiki perekonomian keluarga haruslah menjadi perhatian kita semua, terutama pemerintah dengan instansi terkaitnya, maupun masyarakat yang peduli akan nasib pahlawan devisa ini. Sejauh ini belum banyak TKI di Taiwan yang terbilang sukses dalam merencanakan masa depannya, setelah kontrak kerja berakhir. Masih banyak yang kembali ke tanah air tanpa membawa tabungan yang cukup berarti untuk berwirausaha kecil-kecilan saja misalnya, disamping memang ilmu dan keberanian berwirausaha yang masih kurang, sehingga banyak yang nekat kembali lagi bekerja di Taiwan untuk kontrak kerja berikutnya.

Kebiasaan baik TKI di Taiwan selama ini salah satunya dengan rutin mengirimkan sebagian gaji mereka ke keluarga di kampung halaman melalui jasa-jasa pengiriman uang yang banyak tersedia di seantero Taiwan. Ada juga yang menabung sendiri, walaupun kesadaran menabung ini masih cukup rendah, salah satu penyebabnya boleh jadi karena TKI belum familiar dengan bank-bank di Taiwan ini, selain itu umumnya suku bunga bank di Taiwan cukup rendah (namun tidak ada biaya administrasi), dibandingkan dengan suku bunga bank-bank di Indonesia.

Untuk menyediakan alternatif terbaik bagi TKI dalam menabung (merencanakan masa depan berbasis dinar), maka kami GERAI DINAR TAIWAN hadir di Taipei, ibukota Taiwan yang juga terkenal dengan gedung tertingginya di dunia, Taipei 101, di kota inilah mayoritas TKI/TKW bekerja sebagai PRT.

Semoga komunitas dinar di Taiwan dapat tumbuh dan berkembang sehingga menjadi "Pilihan terbaik, khususnya bagi TKI di Taiwan dalam perencanaan masa depan berbasis dinar".